Perjalananku di KAMMI
‘membacanya, kamu bisa menyingkatnya untuk mencapai tujuan’
Tentu saja setiap kader punya best stories dengan KAMMI. Di catatan harian yang indah bahkan di blog pribadi selalu ada kisah hidup menarik di KAMMI yang kita torehkan. Saya membagi potongan singkat catatan perjalanan di KAMMI sebagai refleksi humanis saya, satu orang di antara puluhan ribu kader KAMMI yang masing-masing punya live story yang harus diapresiasi. Pramudya Ananta Toer mengatakan : Manusia boleh pandai setinggi langit, namun jika ia tidak menulis maka ia akan hilang ditelan sejarah, menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Perkenalan dengan KAMMI
Perjalanan tidak mudah ditebak. KAMMI hadir dan akrab begitu saja dalam duniaku. Sebagai Mahasiswa baru, saya ingin bersosialisasi menjadi bagian dari berbagai komunitas, seperti komunitas Himpunan mahasiswa, Ukm dan Laboratorium, yang kupikir bisa membantuku menuntaskan studiku tepat waktu di Jurusan Elektro Universitas Hasanuddin Makassar. Sambil tetap menjadi ‘mahasiswa normal’. Di sana ternyata banyak aktivis KAMMI, mereka cukup menyenangkan dan sangat ‘care’, meski dalam interaksi sering memberikan pilihan sulit.
Seorang senior di kampus namanya Lalu Fakhrurrozi (Sekum KAMMI Sulsel saat itu) yang mengenalkan dan terus mengajak saya bergabung dengan KAMMI. Lama-lama saya putuskan, saya coba gabung! Lalu saya ikut training yang namanya Daurah Marhalah I (Damar I) Komisariat MIPA-FK Unhas akhir 1998. Setelah ikut Damar I, langsung diadakan pembentukan Komisariat Fakultas Teknik, dan salah satu calon yang kemudian menang adalah saya, maka dimulailah aktivitas di KAMMI sebagai ketua komisariat.
Awalnya saya terobsesi aktif di HMI yang lebih dulu saya kenal, tetapi sayang pada saat itu HMI di FT Unhas tidak aktif. Saya terinspirasi oleh kakak yang pernah aktif di PB HMI. Saat SMU saya pakai kaos dan baca buku-buku HMI kiriman saudara dari Jakarta, dan membaca majalah Hidayatullah dan buku-buku Muhammadiyah milik Bapak yang pengurus Muhammadiyah di daerah. Maka, ketika melanjutkan studi di Universitas, saya mengikuti basic training (LK I) di lembaga ekstra kampus HMI komisariat F-MIPA Unhas. Kemudian saya tertarik juga ketika diajak seorang senior mengikuti Darul Arqam Dasar (DAD) IMM komisariat FT Unhas dan bahkan sempat menjadi pengurus komisariat. Dan barulah saya mengikuti Damar I KAMMI di komisariat FMIPA-FK, saya ingin punya banyak komunitas. Seorang senior aktivis kampus yang juga mantan ketua komisariat HMI di FKG Unhas, Syukri Wahid, berperan besar memberi pencerahan dan mendorong saya untuk menjadi seorang penggiat Islam di kampus.
Saya mengenal baik KAMMI baru pada saat aktif di dalamnya. Sejarah kelahiran KAMMI pada 29 Maret 1998 di UMM Malang, keterlibatan dalam aksi reformasi, kedekatan dengan Amien Rais (tokoh Muhammadiyah), dan anggota-anggotanya dari kampus ternama. Bahwa kampus-kampus besar di Jawa seperti UI, UGM, ITB, IPB, UNPAD, UNAIR dan lainnya penuh dengan aktivis KAMMI pada saat reformasi, itu adalah awal semangat besar saya. Apalagi saya tahu Unhas adalah kampus besar di luar Jawa, maka KAMMI harus dibesarkan pula di Unhas dan sekitarnya.
Di KAMMI Makassar
Hari-hari bersama KAMMI dan kampus. Terlibat dalam berbagai aksi nasional ataupun daerah, menjadi peserta atau panitia training (dauroh), kegiatan seminar atau diskusi, rencana-aksi untuk Musholla, BEM kampus dan kegiatan untuk mahasiswa baru. Kebiasaan menginap di sekretariat atau di kampus dan jarang pulang, IPK menurun dan rajin ikut semester pendek mengulang mata kuliah, sedikit melupakan masa muda yang bebas, jalan terasa masih panjang, badan makin tipis. Lengkap sudah aktifis.
Saya mengikuti hampir semua kegiatan di KAMMI, baik kaderisasi, sosial masyarakat maupun politik seperti diskusi publik dan demonstrasi. Satu waktu saat semester ketiga, saya mengikuti pesantren Ramadhan bersama KAMMI di Pondok Pesantren Maccopa Maros. Acaranya lima hari, semua aktivitas gaya pondok harus diikuti, buka puasa bersama, membaca Qur’an, mendengarkan ceramah pagi petang dan malam, ditambah kegiatan dari KAMMI sendiri. Karena memang bukan mantan santri pondok, modal semangat satu dua hari ternyata tidak cukup, pada sesi Sholat Tarawih tengah malam yang bacaannya panjang, banyak yang terkapar. Seorang teman peserta sujud terlalu lama ditengah sholat sambil tertidur, bahkan senior pembimbing mundur di rakaat keempat, saya pun ikut mundur menunggu sholat witir.
Di waktu yang lain, saat menjadi ketua komisariat KAMMI FT Unhas, ketika lagi semangatnya demo Gus Dur. Pertama kalinya dalam sejarah ada kumpulan mahasiswa teknik yang berani demo tanpa komando senat mahasiswa fakultas, kami berorasi dan menyebar pamflet di fakultas sambil mengumpulkan massa sebelum berangkat aksi ke DPRD propinsi. Besoknya saya dan seorang teman pengurus komisariat Sofyan dipanggil dan disidang di senat. Kondisi terburuk sudah dipertimbangkan, dari skorsing, praktikum dibatalkan, hingga fisik. Ternyata hanya diancam saja..Besoknya kami aksi lagi mengumpulkan massa tapi tidak fakultas lagi, di pertigaan masuk kampus dekat rektorat Unhas.
Saya sadari, saya menyukai kepemimpinan, orientasi organisasi lebih menarik dibanding sekedar sosial dan komunitas saja. Kesempatan pertama selepas dari ketua komisariat menjadi Sekum KAMMI Sulawesi Selatan pada 2001, dan pada saat Muktamar Lampung, ketua KAMMI Sulsel saat itu Muh.Nurjauhari menjadi ketua territorial Indonesia Timur, saya terpilih menjadi Ketua KAMDA Sulsel hingga 2003.
Semasa menjadi ketua KAMDA, saya beberapa kali menghadiri forum lintas organisasi. Suatu waktu, ketua-ketua OKP mengadakan rapat di sekretariat PMKRI di Makassar, ternyata ketua PMKRI Makassar saat itu adalah mantan pembimbing praktikum saya di FMIPA angkatan 1995, sedangkan saya angkatan 1998. Dalam Intermediate Training HMI Makassar menghadirkan ketua KAMMI, PMII, PMKRI, dan GMNI, saya sendiri yang masih mahasiswa, show must go on. Kapasitas dan kewibawaan tetap perlu ditampilkan karena marwah organisasi kita pertaruhkan walaupun masih muda. Saya pernah menjadi pembicara dengan Adhyaksa Dault (Menpora era SBY) dan seorang politisi Muzammil Yusuf dalam satu forum seminar di Makassar. Saya katakan, ketika Natsir seusia saya beliau sudah merintis Masyumi, dan Hasan Al Banna sudah mendirikan Ikhwanul Muslimin di Mesir, sedangkan saya masih ketua organisasi di daerah.
Banyak hal menarik mengurus organisasi, saat marak demo anti privatisasi Indosat, beberapa pengurus seperti Abdullah (Dul) dan Yusran (Uce) mengusulkan mendemo Laksamana Sukardi (Meneg BUMN zaman Megawati) yang mau ke Makassar, kami berkonvoi ke arah pelabuhan (kantor Pelindo di Makassar), setelah masuk ingin menemui panitia ternyata salah salah tempat, padahal sudah main gertak. Beberapa hari kemudian kami demo lagi ke Bandara Hasanuddin untuk tujuan yang sama, saya ditelepon live radio Elshinta Jakarta dan saya katakan, tidak mungkin Laksamana Sukardi datang karena cuaca sangat terik seakan ingin membakarnya. Saya baru tahu kalau Elshinta radio yang cukup besar di Jakarta ketika seorang wartawan koran Fajar biro Jakarta menelepon dan menyampaikan bahwa wawancara saya didengar banyak orang dan aksi ini membuat Menteri tidak jadi ke Makassar, benar tidaknya, entahlah.
‘membacanya, kamu bisa menyingkatnya untuk mencapai tujuan’
Tentu saja setiap kader punya best stories dengan KAMMI. Di catatan harian yang indah bahkan di blog pribadi selalu ada kisah hidup menarik di KAMMI yang kita torehkan. Saya membagi potongan singkat catatan perjalanan di KAMMI sebagai refleksi humanis saya, satu orang di antara puluhan ribu kader KAMMI yang masing-masing punya live story yang harus diapresiasi. Pramudya Ananta Toer mengatakan : Manusia boleh pandai setinggi langit, namun jika ia tidak menulis maka ia akan hilang ditelan sejarah, menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Perkenalan dengan KAMMI
Perjalanan tidak mudah ditebak. KAMMI hadir dan akrab begitu saja dalam duniaku. Sebagai Mahasiswa baru, saya ingin bersosialisasi menjadi bagian dari berbagai komunitas, seperti komunitas Himpunan mahasiswa, Ukm dan Laboratorium, yang kupikir bisa membantuku menuntaskan studiku tepat waktu di Jurusan Elektro Universitas Hasanuddin Makassar. Sambil tetap menjadi ‘mahasiswa normal’. Di sana ternyata banyak aktivis KAMMI, mereka cukup menyenangkan dan sangat ‘care’, meski dalam interaksi sering memberikan pilihan sulit.
Seorang senior di kampus namanya Lalu Fakhrurrozi (Sekum KAMMI Sulsel saat itu) yang mengenalkan dan terus mengajak saya bergabung dengan KAMMI. Lama-lama saya putuskan, saya coba gabung! Lalu saya ikut training yang namanya Daurah Marhalah I (Damar I) Komisariat MIPA-FK Unhas akhir 1998. Setelah ikut Damar I, langsung diadakan pembentukan Komisariat Fakultas Teknik, dan salah satu calon yang kemudian menang adalah saya, maka dimulailah aktivitas di KAMMI sebagai ketua komisariat.
Awalnya saya terobsesi aktif di HMI yang lebih dulu saya kenal, tetapi sayang pada saat itu HMI di FT Unhas tidak aktif. Saya terinspirasi oleh kakak yang pernah aktif di PB HMI. Saat SMU saya pakai kaos dan baca buku-buku HMI kiriman saudara dari Jakarta, dan membaca majalah Hidayatullah dan buku-buku Muhammadiyah milik Bapak yang pengurus Muhammadiyah di daerah. Maka, ketika melanjutkan studi di Universitas, saya mengikuti basic training (LK I) di lembaga ekstra kampus HMI komisariat F-MIPA Unhas. Kemudian saya tertarik juga ketika diajak seorang senior mengikuti Darul Arqam Dasar (DAD) IMM komisariat FT Unhas dan bahkan sempat menjadi pengurus komisariat. Dan barulah saya mengikuti Damar I KAMMI di komisariat FMIPA-FK, saya ingin punya banyak komunitas. Seorang senior aktivis kampus yang juga mantan ketua komisariat HMI di FKG Unhas, Syukri Wahid, berperan besar memberi pencerahan dan mendorong saya untuk menjadi seorang penggiat Islam di kampus.
Saya mengenal baik KAMMI baru pada saat aktif di dalamnya. Sejarah kelahiran KAMMI pada 29 Maret 1998 di UMM Malang, keterlibatan dalam aksi reformasi, kedekatan dengan Amien Rais (tokoh Muhammadiyah), dan anggota-anggotanya dari kampus ternama. Bahwa kampus-kampus besar di Jawa seperti UI, UGM, ITB, IPB, UNPAD, UNAIR dan lainnya penuh dengan aktivis KAMMI pada saat reformasi, itu adalah awal semangat besar saya. Apalagi saya tahu Unhas adalah kampus besar di luar Jawa, maka KAMMI harus dibesarkan pula di Unhas dan sekitarnya.
Di KAMMI Makassar
Hari-hari bersama KAMMI dan kampus. Terlibat dalam berbagai aksi nasional ataupun daerah, menjadi peserta atau panitia training (dauroh), kegiatan seminar atau diskusi, rencana-aksi untuk Musholla, BEM kampus dan kegiatan untuk mahasiswa baru. Kebiasaan menginap di sekretariat atau di kampus dan jarang pulang, IPK menurun dan rajin ikut semester pendek mengulang mata kuliah, sedikit melupakan masa muda yang bebas, jalan terasa masih panjang, badan makin tipis. Lengkap sudah aktifis.
Saya mengikuti hampir semua kegiatan di KAMMI, baik kaderisasi, sosial masyarakat maupun politik seperti diskusi publik dan demonstrasi. Satu waktu saat semester ketiga, saya mengikuti pesantren Ramadhan bersama KAMMI di Pondok Pesantren Maccopa Maros. Acaranya lima hari, semua aktivitas gaya pondok harus diikuti, buka puasa bersama, membaca Qur’an, mendengarkan ceramah pagi petang dan malam, ditambah kegiatan dari KAMMI sendiri. Karena memang bukan mantan santri pondok, modal semangat satu dua hari ternyata tidak cukup, pada sesi Sholat Tarawih tengah malam yang bacaannya panjang, banyak yang terkapar. Seorang teman peserta sujud terlalu lama ditengah sholat sambil tertidur, bahkan senior pembimbing mundur di rakaat keempat, saya pun ikut mundur menunggu sholat witir.
Di waktu yang lain, saat menjadi ketua komisariat KAMMI FT Unhas, ketika lagi semangatnya demo Gus Dur. Pertama kalinya dalam sejarah ada kumpulan mahasiswa teknik yang berani demo tanpa komando senat mahasiswa fakultas, kami berorasi dan menyebar pamflet di fakultas sambil mengumpulkan massa sebelum berangkat aksi ke DPRD propinsi. Besoknya saya dan seorang teman pengurus komisariat Sofyan dipanggil dan disidang di senat. Kondisi terburuk sudah dipertimbangkan, dari skorsing, praktikum dibatalkan, hingga fisik. Ternyata hanya diancam saja..Besoknya kami aksi lagi mengumpulkan massa tapi tidak fakultas lagi, di pertigaan masuk kampus dekat rektorat Unhas.
Saya sadari, saya menyukai kepemimpinan, orientasi organisasi lebih menarik dibanding sekedar sosial dan komunitas saja. Kesempatan pertama selepas dari ketua komisariat menjadi Sekum KAMMI Sulawesi Selatan pada 2001, dan pada saat Muktamar Lampung, ketua KAMMI Sulsel saat itu Muh.Nurjauhari menjadi ketua territorial Indonesia Timur, saya terpilih menjadi Ketua KAMDA Sulsel hingga 2003.
Semasa menjadi ketua KAMDA, saya beberapa kali menghadiri forum lintas organisasi. Suatu waktu, ketua-ketua OKP mengadakan rapat di sekretariat PMKRI di Makassar, ternyata ketua PMKRI Makassar saat itu adalah mantan pembimbing praktikum saya di FMIPA angkatan 1995, sedangkan saya angkatan 1998. Dalam Intermediate Training HMI Makassar menghadirkan ketua KAMMI, PMII, PMKRI, dan GMNI, saya sendiri yang masih mahasiswa, show must go on. Kapasitas dan kewibawaan tetap perlu ditampilkan karena marwah organisasi kita pertaruhkan walaupun masih muda. Saya pernah menjadi pembicara dengan Adhyaksa Dault (Menpora era SBY) dan seorang politisi Muzammil Yusuf dalam satu forum seminar di Makassar. Saya katakan, ketika Natsir seusia saya beliau sudah merintis Masyumi, dan Hasan Al Banna sudah mendirikan Ikhwanul Muslimin di Mesir, sedangkan saya masih ketua organisasi di daerah.
Banyak hal menarik mengurus organisasi, saat marak demo anti privatisasi Indosat, beberapa pengurus seperti Abdullah (Dul) dan Yusran (Uce) mengusulkan mendemo Laksamana Sukardi (Meneg BUMN zaman Megawati) yang mau ke Makassar, kami berkonvoi ke arah pelabuhan (kantor Pelindo di Makassar), setelah masuk ingin menemui panitia ternyata salah salah tempat, padahal sudah main gertak. Beberapa hari kemudian kami demo lagi ke Bandara Hasanuddin untuk tujuan yang sama, saya ditelepon live radio Elshinta Jakarta dan saya katakan, tidak mungkin Laksamana Sukardi datang karena cuaca sangat terik seakan ingin membakarnya. Saya baru tahu kalau Elshinta radio yang cukup besar di Jakarta ketika seorang wartawan koran Fajar biro Jakarta menelepon dan menyampaikan bahwa wawancara saya didengar banyak orang dan aksi ini membuat Menteri tidak jadi ke Makassar, benar tidaknya, entahlah.
Saat marak demo kenaikan BBM era Megawati, KAMMI beraliansi dengan BEM serta beberapa organ mahasiswa dan buruh seperti LMND, PII dan FNPBI. Rapat di KAMMI menyepakati masing-masing ketua memimpin organnya tetapi dalam satu barisan aksi. Aksi konvoi dari berbagai sudut kota Makassar, mahasiswa berjumlah ribuan, beberapa mobil tangki dan SPBU disandera. Besoknya mahasiswa aksi di DPRD provinsi, terjadi bentrokan. personil polisi ditambah dan mengejar mahasiswa. Saat situasi kocar-kacir malah massa akhwat merangsek maju menghadang polisi dan berteriak : ‘Allah cinta para mujahid’ padahal semua massa laki-laki sudah menyelamatkan diri, bersembunyi di ujung-ujung gang bahkan ada yang terdampar di saluran air, lima kawan ditangkap dan beberapa yang luka terkena pukulan. Ternyata akhwat KAMMI punya nyali yang besar.
Satu hal yang menurutku unik. Ketika MUSDA KAMMI Sulawesi Selatan, LPJ saya ditolak oleh teman-teman komisariat yang justru saya kenal dekat dan cukup rajin berkunjung, komisariat UNHAS, Politeknik dan UMI. Lama-lama saya berpikir, KAMMI ini semakin maju cara berpikir kadernya dibanding di awal-awal pembentukannya. Dan terbukti saat ini KAMMI Sulawesi Selatan semakin maju dan bertumbuh, termasuk ekspansi komisariat, perkenalan organisasi dan profesionalisme pengurusnya.
Semakin majunya organisasi tidak terlepas dari kaderisasi yang intensif, dinamika organisasi, daya kritis dan kreativitas kader-kadernya. Mereka yang jumud akan selalu tertinggal dari roda pembaharuan.
Di KAMMI Pusat
Selepas dari KAMMI Sulawesi Selatan dan juga sudah meraih gelar Sarjana Teknik, saya pikir saya harus mempraktekkan ilmu Teknik Elektro yang saya pelajari selama lima tahun. Mulai melamar pekerjaan ke perusahaan terkait. Mencari peluang di kota lain seperti Kalimantan Timur (Balikpapan, Bontang, Samarinda) yang terdapat berbagai perusahaan yang berkaitan dengan disiplin ilmu teknik, mengikuti pelatihan profesi. Lalu 2003 pindah ke Jakarta dan mulai bekerja.
Saya tetap berusaha bersentuhan dunia pergerakan di Jakarta. Sering datang ke sekretariat bertemu dan berdiskusi dengan pengurus KAMMI pusat, mengikuti kegiatan dan forum publik. Beberapa aktivis KAMMI yang berperan mengajak bersentuhan dengan pergerakan di Jakarta. Saya mengenal beberapa perkumpulan dan lokasi perkumpulan kaum pergerakan di Jakarta.
Ternyata dunia aktivisme memang lebih menarik dan menggoda. Saya memutuskan untuk aktif lagi di KAMMI Pusat. Sambil mendaftar kuliah magister dengan mengambil disiplin yang berbeda tapi banyak berhubungan dengan aktivitas publik, yaitu Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (MPKP FEUI). Saya mulai kuliah pada Agustus 2004.
Satu hal yang menurutku unik. Ketika MUSDA KAMMI Sulawesi Selatan, LPJ saya ditolak oleh teman-teman komisariat yang justru saya kenal dekat dan cukup rajin berkunjung, komisariat UNHAS, Politeknik dan UMI. Lama-lama saya berpikir, KAMMI ini semakin maju cara berpikir kadernya dibanding di awal-awal pembentukannya. Dan terbukti saat ini KAMMI Sulawesi Selatan semakin maju dan bertumbuh, termasuk ekspansi komisariat, perkenalan organisasi dan profesionalisme pengurusnya.
Semakin majunya organisasi tidak terlepas dari kaderisasi yang intensif, dinamika organisasi, daya kritis dan kreativitas kader-kadernya. Mereka yang jumud akan selalu tertinggal dari roda pembaharuan.
Di KAMMI Pusat
Selepas dari KAMMI Sulawesi Selatan dan juga sudah meraih gelar Sarjana Teknik, saya pikir saya harus mempraktekkan ilmu Teknik Elektro yang saya pelajari selama lima tahun. Mulai melamar pekerjaan ke perusahaan terkait. Mencari peluang di kota lain seperti Kalimantan Timur (Balikpapan, Bontang, Samarinda) yang terdapat berbagai perusahaan yang berkaitan dengan disiplin ilmu teknik, mengikuti pelatihan profesi. Lalu 2003 pindah ke Jakarta dan mulai bekerja.
Saya tetap berusaha bersentuhan dunia pergerakan di Jakarta. Sering datang ke sekretariat bertemu dan berdiskusi dengan pengurus KAMMI pusat, mengikuti kegiatan dan forum publik. Beberapa aktivis KAMMI yang berperan mengajak bersentuhan dengan pergerakan di Jakarta. Saya mengenal beberapa perkumpulan dan lokasi perkumpulan kaum pergerakan di Jakarta.
Ternyata dunia aktivisme memang lebih menarik dan menggoda. Saya memutuskan untuk aktif lagi di KAMMI Pusat. Sambil mendaftar kuliah magister dengan mengambil disiplin yang berbeda tapi banyak berhubungan dengan aktivitas publik, yaitu Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (MPKP FEUI). Saya mulai kuliah pada Agustus 2004.
KAMMI Pusat penuh dengan dinamika internal. Saya mengikuti beberapa dinamika internal yang cukup panas di KAMMI Pusat, yang membuat sulit untuk menempatkan diri. Bagaimanapun saya masih terbilang baru di Jakarta dan tidak memahami sepenuhnya histories persoalan yang ada. Saya ingat pada kalimat unik, ‘konflik akan membuatmu semakin akrab dan bersahabat’, dan jadilah saya bagian dari konflik, demi cinta untuk KAMMI.
Saya menyaksikan dan mengalami bagaimana konflik bisa merusak hubungan tapi sekaligus mampu mendewasakan para aktivis KAMMI. Perjalanan KAMMI bukan sekedar rentetan perlawanan terhadap ketidakadilan di negeri ini, lebih dari itu KAMMI penuh dinamika internal yang menjadi menu di setiap periode kepemimpinan. Dan hal tersebut memberi pencerahan dan menjadi pelajaran berharga bagi setiap kader.
Saya membaca sejarah kepemimpinan KAMMI sejak awal berdirinya, dari Fahri Hamzah, Fitra Arsil, Andi Rahmat, Badaruddin, hingga Akbar Zulfakar. Dan saya mengikuti perjalanan KAMMI Pusat pada masa kepengurusan Hermawan, Yuli Widi Astono, Febriansyah dan saya sendiri. Semuanya menjadi khazanah bagi KAMMI yang harus diapresiasi oleh setiap kader KAMMI. Mereka menuliskan sejarahnya, saya menuliskan sejarahku, dan anda semua juga harus menulis sejarah masing-masing dalam satu era yang disediakan. Mereka yang hidup dalam dunia teori dan senang menjadi pengamat akan menyesali hal terbesar karena tidak berbuat apa-apa.
KAMMI dilahirkan dengan nama besar dan segera menjadi ’buah bibir’. Namun organisasi ini berdiri di atas sistem yang mengedepankan kepemimpinan dan kekuatan sistem, sehingga tidak boleh ada seorang kader yang (merasa) lebih besar dari organisasi KAMMI sendiri.
Pasca Mukernas Surabaya 2004 saya menjadi anggota tim backup organisasi menuju Muktamar Samarinda. Setelah Muktamar IV KAMMI di Samarinda saya menjadi pengurus bidang Sosial Masyarakat sebelum menjadi ketua bidang Kebijakan Publik KAMMI Pusat. Menjadi ketua bidang membuat saya banyak merasakan sibuknya jadi pengurus KAMMI Pusat, kunjungan ke daerah, membuat pernyataan sikap, mengikuti aksi dan memberi keterangan pers, dan lainnya.
Setahun lebih berjalan kepengurusan KAMMI pusat, terjadi lagi dinamika internal. Rapat Badan Permusyawaratan (BP) digelar, ketua umum Yuli Widi Astono diminta mundur, lalu digantikan Febriyansyah. Saya semakin belajar dari banyak kenyataan seperti ini, organisasi bisa hancur jika tidak hati-hati mengelolanya, termasuk mengelola gejolak dinamika internalnya. Syukur, Muktamar V 2006 tetap dapat diagendakan, Muktamar KAMMI menjadi bukti bahwa KAMMI tidak mati muda, kader KAMMI memiliki kemampuan berorganisasi dan mengelola perbedaan.
Menjelang Muktamar V KAMMI di Palembang, saya sebagai Steering Committee Muktamar. Saya juga tengah sibuk menyelesaikan tesis magister MPKP UI. Saya mengerjakannya di sekretariat KAMMI bolak-balik Salemba Depok, agar tetap bisa berbagi tugas di organisasi. Motivasi kawan-kawan penghuni sekretariat sangat berarti saat itu. Dan setelah berkali-kali revisi sebelum ujian sidang, akhirnya lulus juga.
Selepas lulus ujian magister, saya ke Makassar sambil bersilaturrahim dengan pengurus KAMMI Sulawesi Selatan. Dalam bincang-bincang inilah terungkap keinginan kawan-kawan agar ada konsolidasi dari timur menuju Muktamar. Saya katakan kalau saya maju mungkin berat dan memang motivasi saya kurang. Karena saya merasakan dinamika yang cukup keras di KAMMI Pusat dan masa depan (mobilitas vertikal) seorang ketua tidak ada jaminan masa depan, mungkin beda dengan organisasi mahasiswa yang lain. Lagi pula ketua KAMMI pusat dari KAMMI daerah luar Jawa belum ada sejarahnya. Namun kawan-kawan sepakat tetap ingin melanjutkan konsolidasi di Muktamar V Palembang nanti.
Saya menyaksikan dan mengalami bagaimana konflik bisa merusak hubungan tapi sekaligus mampu mendewasakan para aktivis KAMMI. Perjalanan KAMMI bukan sekedar rentetan perlawanan terhadap ketidakadilan di negeri ini, lebih dari itu KAMMI penuh dinamika internal yang menjadi menu di setiap periode kepemimpinan. Dan hal tersebut memberi pencerahan dan menjadi pelajaran berharga bagi setiap kader.
Saya membaca sejarah kepemimpinan KAMMI sejak awal berdirinya, dari Fahri Hamzah, Fitra Arsil, Andi Rahmat, Badaruddin, hingga Akbar Zulfakar. Dan saya mengikuti perjalanan KAMMI Pusat pada masa kepengurusan Hermawan, Yuli Widi Astono, Febriansyah dan saya sendiri. Semuanya menjadi khazanah bagi KAMMI yang harus diapresiasi oleh setiap kader KAMMI. Mereka menuliskan sejarahnya, saya menuliskan sejarahku, dan anda semua juga harus menulis sejarah masing-masing dalam satu era yang disediakan. Mereka yang hidup dalam dunia teori dan senang menjadi pengamat akan menyesali hal terbesar karena tidak berbuat apa-apa.
KAMMI dilahirkan dengan nama besar dan segera menjadi ’buah bibir’. Namun organisasi ini berdiri di atas sistem yang mengedepankan kepemimpinan dan kekuatan sistem, sehingga tidak boleh ada seorang kader yang (merasa) lebih besar dari organisasi KAMMI sendiri.
Pasca Mukernas Surabaya 2004 saya menjadi anggota tim backup organisasi menuju Muktamar Samarinda. Setelah Muktamar IV KAMMI di Samarinda saya menjadi pengurus bidang Sosial Masyarakat sebelum menjadi ketua bidang Kebijakan Publik KAMMI Pusat. Menjadi ketua bidang membuat saya banyak merasakan sibuknya jadi pengurus KAMMI Pusat, kunjungan ke daerah, membuat pernyataan sikap, mengikuti aksi dan memberi keterangan pers, dan lainnya.
Setahun lebih berjalan kepengurusan KAMMI pusat, terjadi lagi dinamika internal. Rapat Badan Permusyawaratan (BP) digelar, ketua umum Yuli Widi Astono diminta mundur, lalu digantikan Febriyansyah. Saya semakin belajar dari banyak kenyataan seperti ini, organisasi bisa hancur jika tidak hati-hati mengelolanya, termasuk mengelola gejolak dinamika internalnya. Syukur, Muktamar V 2006 tetap dapat diagendakan, Muktamar KAMMI menjadi bukti bahwa KAMMI tidak mati muda, kader KAMMI memiliki kemampuan berorganisasi dan mengelola perbedaan.
Menjelang Muktamar V KAMMI di Palembang, saya sebagai Steering Committee Muktamar. Saya juga tengah sibuk menyelesaikan tesis magister MPKP UI. Saya mengerjakannya di sekretariat KAMMI bolak-balik Salemba Depok, agar tetap bisa berbagi tugas di organisasi. Motivasi kawan-kawan penghuni sekretariat sangat berarti saat itu. Dan setelah berkali-kali revisi sebelum ujian sidang, akhirnya lulus juga.
Selepas lulus ujian magister, saya ke Makassar sambil bersilaturrahim dengan pengurus KAMMI Sulawesi Selatan. Dalam bincang-bincang inilah terungkap keinginan kawan-kawan agar ada konsolidasi dari timur menuju Muktamar. Saya katakan kalau saya maju mungkin berat dan memang motivasi saya kurang. Karena saya merasakan dinamika yang cukup keras di KAMMI Pusat dan masa depan (mobilitas vertikal) seorang ketua tidak ada jaminan masa depan, mungkin beda dengan organisasi mahasiswa yang lain. Lagi pula ketua KAMMI pusat dari KAMMI daerah luar Jawa belum ada sejarahnya. Namun kawan-kawan sepakat tetap ingin melanjutkan konsolidasi di Muktamar V Palembang nanti.
Dalam perjalanannya, di arena Muktamar V KAMMI yang hangat dan dinamis, banyak kenyataan situasional yang perlu keputusan cepat. Teman-teman teritorial VII Indonesia Timur yang saat itu terdiri dari 8 KAMDA (Sulsel, Sultra, Sulteng, Sulut, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, dan Papua) beberapa kali berkonsolidasi seiring semakin menguatnya masing-masing kandidat, benar-benar serius mencalonkan saya. Di salah satu sudut masjid asrama haji Palembang tempat pavorit pertemuan itu. Pada saat nama saya muncul sebagai kandidat, saya Istikharah beberapa kali sebelum memutuskan untuk maju. Ternyata dukungan juga dari teman-teman Kalimantan dan Jawa Timur termasuk NTT, NTB dan Bali (Teritorial VI saat itu). Dan seperti diketahui, saya ditetapkan sebagai ketua umum KAMMI Pusat periode 2006-2008
Pemimpin Puncak
Hal pertama dan utama yang perlu saya lakukan sebagai ketua terpilih adalah memperkenalkan diri, baik kepada publik maupun internal KAMMI. Saya menemui semua mantan pimpinan KAMMI, meminta dukungan dan berdiskusi arah pembangunan organisasi. Saya mengkonsolidasikan pimpinan pusat, mengadakan rapat rutin pengurus, brainstorming hingga kreasi rapat pleno setiap semester.
Pemimpin Puncak
Hal pertama dan utama yang perlu saya lakukan sebagai ketua terpilih adalah memperkenalkan diri, baik kepada publik maupun internal KAMMI. Saya menemui semua mantan pimpinan KAMMI, meminta dukungan dan berdiskusi arah pembangunan organisasi. Saya mengkonsolidasikan pimpinan pusat, mengadakan rapat rutin pengurus, brainstorming hingga kreasi rapat pleno setiap semester.
Saya menemukan orang-orang terbaik pada kepengurusan KAMMI pusat periode ini, sehingga roda organisasi berjalan lancar, penuh ide dan kreativitas. Sekjen, ketua teritorial dan ketua-ketua bidang yang penuh talenta dan dedikasi membangun organisasi. Mempersepsi diri layaknya manajer dari para punggawa terasa penting artinya, mengingat semua pengurus KAMMI pusat mempunyai track record sebagai pemimpin di KAMMI, baik di daerah maupun teritorial. Dinamika internal bukan tidak pernah ada, bahkan pada level konflik, tetapi kedewasaan pengurus sangat membantu dalam menjaga integritas organisasi.
Tugas membangun organisasi merupakan tanggung jawab seluruh kader. Tetapi tugas utama tentu bagi seorang ketua umum. Aktivitas formal adalah akumulasi pekerjaan informal, tetapi keduanya memerlukan daya juang dan fokus kerja. Tugas organisasi juga menjadi tanggungjawab sekjen dan semua pimpinan KAMMI Pusat yang lain, ketua bidang maupun ketua teritorial, juga ketua daerah.
Aktivitas keorganisasian KAMMI Pusat sepanjang 2006-2008 berjalan cukup baik dan memenuhi standar yang dibebankan dalam konstitusi dan rekomendasi hasil muktamar Palembang. Mukernas, rapat pimpinan, rapat pengurus harian, rapat pleno, kegiatan nasional di setiap bidang, kegiatan kaderisasi, kebijakan publik, dan respon situasi sosial politik nasional.
Banyak kegiatan publik, secara mandiri maupun terkordinasi yang dilaksanakan oleh pengurus KAMMI Pusat. Semuanya menjadi irama bersama membangun organisasi disela-sela aktivitas profesi keseharian, sebagai mahasiswa, karyawan, pengajar, konsultan, atau wirausaha.
Dalam dua tahun terakhir, banyak peristiwa politik dan kebijakan pemerintah yang direspon KAMMI bersama gerakan mahasiswa yang lain, seperti menolak kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), menolak kebijakan impor beras, mendukung interpelasi nuklir Iran, penuntasan megakorupsi BLBI, tuntutan atas krisis pangan dan energi, serta meningkatnya kemiskinan. KAMMI masih akan terus concern pada isu kerakyatan siapapun yang memimpin negeri ini. KAMMI membangun aliansi strategis dengan berbagai kelompok untuk memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia, seperti di The New Deal yang melibatkan ormas pemuda dan mahasiswa tingkat nasional, forum pemuda mahasiswa Islam (FPMI) yang dideklarasikan bersama 14 ormas pemuda Islam, serta aliansi lainnya yang bersifat strategis taktis.
Tugas membangun organisasi merupakan tanggung jawab seluruh kader. Tetapi tugas utama tentu bagi seorang ketua umum. Aktivitas formal adalah akumulasi pekerjaan informal, tetapi keduanya memerlukan daya juang dan fokus kerja. Tugas organisasi juga menjadi tanggungjawab sekjen dan semua pimpinan KAMMI Pusat yang lain, ketua bidang maupun ketua teritorial, juga ketua daerah.
Aktivitas keorganisasian KAMMI Pusat sepanjang 2006-2008 berjalan cukup baik dan memenuhi standar yang dibebankan dalam konstitusi dan rekomendasi hasil muktamar Palembang. Mukernas, rapat pimpinan, rapat pengurus harian, rapat pleno, kegiatan nasional di setiap bidang, kegiatan kaderisasi, kebijakan publik, dan respon situasi sosial politik nasional.
Banyak kegiatan publik, secara mandiri maupun terkordinasi yang dilaksanakan oleh pengurus KAMMI Pusat. Semuanya menjadi irama bersama membangun organisasi disela-sela aktivitas profesi keseharian, sebagai mahasiswa, karyawan, pengajar, konsultan, atau wirausaha.
Dalam dua tahun terakhir, banyak peristiwa politik dan kebijakan pemerintah yang direspon KAMMI bersama gerakan mahasiswa yang lain, seperti menolak kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), menolak kebijakan impor beras, mendukung interpelasi nuklir Iran, penuntasan megakorupsi BLBI, tuntutan atas krisis pangan dan energi, serta meningkatnya kemiskinan. KAMMI masih akan terus concern pada isu kerakyatan siapapun yang memimpin negeri ini. KAMMI membangun aliansi strategis dengan berbagai kelompok untuk memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia, seperti di The New Deal yang melibatkan ormas pemuda dan mahasiswa tingkat nasional, forum pemuda mahasiswa Islam (FPMI) yang dideklarasikan bersama 14 ormas pemuda Islam, serta aliansi lainnya yang bersifat strategis taktis.
Pada Agustus 2008, KAMMI secara resmi menemui Presiden Republik Indonesia, Soesilo Bambang Yudhoyono dalam rangka mengundang untuk memberikan pidato dan membuka acara Muktamar VI KAMMI dalam kapasitas sebagai RI-1. Selain itu KAMMI menyampaikan konsepsi Muslim Negarawan sebagai kriteria pemimpin bangsa, mereka yang berani mengambil tanggung jawab besar atas berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia, bukan sekedar seorang politisi yang mengambil keuntungan atas masalah yang ada. KAMMI akan menyampaikan konsep Muslim Negarawan kepada setiap calon presiden yang ditemui. KAMMI juga menemui dan menyampaikan gagasan pada beberapa tokoh nasional seperti Wapres RI Jusuf Kalla, ketua MPR RI Hidayat Nurwahid, ketua umum PAN Soetrisno Bachir, Menegpora RI Adhyaksa Dault, dan lainnya, baik secara formal maupun informal.
Kenyataannya, seni mengelola dan memimpin orang lain tidaklah seindah teori dalam berbagai bacaan literatur kita. Kita selalu menemukan tantangan baru yang memicu daya kritis untuk keluar dari banyak persoalan pelik. Apa yang sering kita pahami sebagai komitmen, integritas, persahabatan dan kepercayaan (trust) hanya terasa dalam interaksi dalam berorganisasi.
Kuakhiri dengan Indah
Saat matahari terbenam, KAMMI tidak pernah terbenam. Pemimpin datang dan pergi, KAMMI tetap tegar berdiri. Selalu ada kader terbaik yang siap melanjutkan estafeta kepemimpinan di KAMMI. Yang pasti, KAMMI telah menjadi rumah bagi kita semua, baik buruknya tetap rumah kita, dan tentu kita akan selalu mengenangnya dengan nyanyian ‘lebih baik di sini, rumah kita sendiri...’ Saya menjalani tiga Ramadhan sebagai ketua umum dan itu sudah sangat cukup menempa diri saya melanjutkan perjalanan.
Bahwa hasrat kemudaan kita yang tak kan pernah padam telah kita semai dalam aktivisme di KAMMI. Banyak lompatan yang kita lakukan meski banyak perhentian yang getir ataupun menyenangkan, dalam lelah atau puas. Ini saat kuakhiri dengan indah, menuju pertapaan dan perjalanan selanjutnya : tanggung jawab terhadap masa depan. Perenungan terbaik, rekreasi terbaik adalah dengan terus berkarya dan memberi manfaat. Bravo KAMMI !!!
Kuakhiri dengan Indah
Saat matahari terbenam, KAMMI tidak pernah terbenam. Pemimpin datang dan pergi, KAMMI tetap tegar berdiri. Selalu ada kader terbaik yang siap melanjutkan estafeta kepemimpinan di KAMMI. Yang pasti, KAMMI telah menjadi rumah bagi kita semua, baik buruknya tetap rumah kita, dan tentu kita akan selalu mengenangnya dengan nyanyian ‘lebih baik di sini, rumah kita sendiri...’ Saya menjalani tiga Ramadhan sebagai ketua umum dan itu sudah sangat cukup menempa diri saya melanjutkan perjalanan.
Bahwa hasrat kemudaan kita yang tak kan pernah padam telah kita semai dalam aktivisme di KAMMI. Banyak lompatan yang kita lakukan meski banyak perhentian yang getir ataupun menyenangkan, dalam lelah atau puas. Ini saat kuakhiri dengan indah, menuju pertapaan dan perjalanan selanjutnya : tanggung jawab terhadap masa depan. Perenungan terbaik, rekreasi terbaik adalah dengan terus berkarya dan memberi manfaat. Bravo KAMMI !!!
5 komentar:
mabruk akhi.. sejarah akan terus bergulir hingga akhirnya sampai di penghujung waktu, akhir zaman. setiap kita akan mempertanggungjawabkan seluruh karya didunia ini dihadapan Allah SWT. semoga karya terbaiklah yg kita goreskan dalam buku amal kita dan semoga Allah ridho atas itu semua. Amiin.
jabat erat,
-eka suwarna
bandung
lam kenal, mas taufiq
yg dimaksud dg:
Seorang senior aktivis kampus yang juga mantan ketua komisariat HMI di FKG Unhas, Syukri Wahid, berperan besar memberi pencerahan dan mendorong saya untuk menjadi seorang penggiat Islam di kampus.
adalah p' syukri yg dokter gigi ya??
coba kunjungi ke sini: http://pesonasejarah.blogspot.com/
Mudah2an KAMMI dapat "melahirkan" pemimpin2 yang benar2 amanah dan mengedepankan hati nurani..hal yang saat ini menjadi sesuatu yang langka..
Salam hangat
Ulfah, alumni MPKP UI Thn.2003
Subhanallah...
jadi semangat setelah membaca perjalanan mas Taufiq di KAMMI...
semoga tetap semangat..!!!
salam ukhuwah mas..
Muntholib
Bismillahir Rahmanir Rahim
Salam dan selawat
Kepada:
Mahasiswa
Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Indonesia.
Pertanyaan mahasiswa: Adakah kalian bersetuju semua sahabat itu sesat kecuali 3 orang: Miqdad bin Aswad, Abu Dzar dan Salman al-Farisi menurut sumber Syiah?
Jawapan 1.
Al-Qur'an sebagai asas agama Islam
Sesat atau kafirnya seorang muslim termasuk sahabat, adalah terletak kepada sejauh mana mereka percaya dan menghayati ajaran al-Qur'an dalam kehidupan mereka.
Jawapan 2
Sunnah Nabi saw sebagai asas agama Islam selepas al- Qur'an.
2. Sejauh mana mereka percaya dan menghayati Sunnah Nabi saw dalam kehidupan mereka.
Jawapan 3
3.Justeru, ia bukan soal kalian bersetuju atau pun tidak dengan seorang itu sesat atau kafir kerana ia berkait rapat dengan sistem nilai yang diakui oleh Allah dan Rasul-Nya.
Jawapan 4
4. Sumber Sunni tentang kesesatan atau kekafiran majoriti para sahabat Nabi saw selepas kewafatan Nabi saw kerana mereka telah mengubah Sunnah Nabi saw, boleh didapati dalam Sahih al- Bukhari, Kitab al-Riqaq, bab al- Haudh, hadis no.584, 585,586, dan 587.
Hadis no. 587 menyatakan bahawa mereka (sahabat) telah murtad ke belakang. Justeru, aku tidak melihat mereka (sahabat) terselamat melainkan segelintir daripada mereka (bilangan yang sedikit) seperti unta yang tersesat atau terbiar daripada pengembalanya (mithlu humali nna'am).
Jawapan 5
5. Sahih Muslim, bab Ithbat Haudhi Nabiyyi-na menyatakan bahawa hanya sedikit sahaja sahabat yang selamat kerana mereka telah mengubah Sunnah Nabi saw. Lihat, hadis no. 26, (2290), (2291), no. 27 (2293), 28, (2294), 32 (2297), 40 (2304).
Hadis no. 29 (2295) " Sesungguhnya aku akan mendahului kamu di Haudh. Tidak ada seorang pun daripada kamu (para sahabatku) akan mendatangiku sehingga dia akan dihalau atau diusir daripadaku sebagaimana dihalau atau diusir unta yang sesat (bilangan yang sedikit).
Aku bersabda: Apa salahnya? Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka. Jauh! Dari rahamat Tuhan (suhqan).
Jawapan 6
Al-Qur'an
6. Hanya sedikit sahaja di kalangan orang Islam yang mengikut al-Qur'an 100% sebagaimana Firman-Nya Surah al-Saba' (34): 13 " dan sedikit sahaja di kalangan hamba-hamba-Ku yang berterima kasih". Ini bererti kebanyakan orang-orang Islam sama ada sahabat atau bukan sahabat sedikit sahaja yang berterima kasih. Justeru, mereka disiksa oleh Allah swt kerana tidak berterima kasih.
Jawapan 7
7. Sila baca teks Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim tentang kekafiran majoriti para sahabat kerana mereka telah mengubah Sunnah Nabi saw. Justeru, ia menyalahi akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah yang percaya semua sahabat adalah adil.
Jawapan 8
8. Kekafiran majoriti para sahabat selepas kewafatan Nabi saw sengaja disembunyikan oleh para ulama Ahli Sunnah Wal-Jamaah dan Wahabi di Nusantara. Mereka meninggalkan penerjemahan bab al- Haudh dari Sahih Bukhari dan Sahih Muslim ke dalam bahasa ibunda. Justeru, umat Islam di Nusantara tidak mengetahuinya, lalu mereka menuduh Syiah mengkafirkan para sahabat Nabi saw pula. Pada hakikatnya, Nabi saw sendiri yang telah mengkafirkan majoriti para sahabatnya kerana mereka telah menguban Sunnahnya menurut Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.
Jawapan 9
9. Sila lihat, renungan 92. "Pengubahan al-Qur'an (Tahrif al-Qur'an) dalam buku-buku Sunni, Pengubahan Sunnah Rasulullah saw, penghinaan terhadap Rasulullah saw oleh para sahabat dan kekafiran majoriti para sahabat oleh Rasulullah saw sendiri" sila layari: al-mawaddah. info
Posting Komentar