Rabu, 13 Agustus 2008

Pemuda Pemimpin Perubahan

KEPEMIMPINAN NASIONAL

Rakyat Punya KekuatanTentukan Perubahan


JAKARTA (Suara Karya):

Para calon pemimpin nasional, tak perlu mengumbar janji pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2009. Sebab, masyarakat semakin dewasa menentukan pilihannya, sehingga memilih pemimpin secara rasional, bukan emosional.
Demikian pendapat yang dikemukakan Presiden Dewan Pimpinan Nasional Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) Ryaas Rasyid dan pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit secara terpisah, di Jakarta, kemarin.
"Artinya, dalam memilih pemimpin, publik pasti akan memilih sesuai keyakinannya dan bukan karena karismanya. Karena itu, calon pemimpin nggak perlu banyak janji yang tidak bisa dihadirkan. Kebanyakan janji bisa masuk angin," ujar Ryaas dalam sambutannya pada acara tablig dan zikir di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (3/8).
Menurut Ryaas, pemimpin nasional harus hadir untuk kepentingan rakyat. Karena itu, dia mengimbau agar rakyat memilih sesuai keyakinan dan rasionalitasnya.
"Sudah saatnya rakyat harus bisa memikirkan memilih pemimpin sesuai dengan keyakinan bukan karena karisma si pemimpin," kata mantan menteri negara otonomi daerah ini.
Sementara itu, pengamat politik UI Arbi Sanit mengatakan, masyarakat kian dewasa sehingga memiliki kekuatan untuk menentukan perubahan. "Termasuk soal pemimpin nasional, rakyat tidak bisa lagi didikte karena mereka adalah penentu kepemimpinan nasional melalui sistem pemilihan langsung," ujarnya, di Jakarta, kemarin.
Meski demikian, Arbi tidak setuju dengan upaya mempertentangkan pemimpin tua-muda. Menurut dia, hal itu adalah rasial, sebab sama saja dengan mempertentangkan ras putih dan hitam.
Dia menilai, kepemimpinan politik saat ini menyebabkan proses reformasi belum berjalan sempurna. "Saat ini kepemimpinan nasional tidak mempunyai kapabilitas yang memadai untuk merealisasikan perubahan yang pernah dijanjikan," kata Arbi.
Yang kedua, ucap dia, sistem kepartaian Indonesia sangat lemah. Saat ini sistem multipartai menyebabkan program dan kinerja pemerintah terhambat.
Yang ketiga, tutur dia, sistem ketatanegaraan sangat amburadul karena menyampuradukkan sistem parlementer dengan presidensial.
Arbi mengatakan, semua faktor tersebut harus segera dibenahi karena rakyat semakin menginginkan perubahan. "Good corporate gorvenance dan reformasi birokrasi itu omong kosong bila tidak mengubah kepemimpinan politik yang lemah," ujarnya.
Menurut Arbi, proses reformasi saat ini hanya dinikmati oleh kaum elite yang sudah establish dan konservatif saja. "Tidak semua orang merasakan reformasi ini, yaitu golongan kaum menengah dan elite saja," katanya.
Arbi menyebutkan, rakyat Indonesia banyak dikorbankan dengan adanya proses reformasi ini bila tidak ada pemimpin yang berkarakter kuat.
"Kepentingan rakyat tidak terlindungi, tetapi kepentingan atas diutamakan. Jadi kehidupan negara saat ini menjadi timpang," katanya.
Di lain pihak, Partai Bintang Reformasi (PBR) tidak menggubris polemik capres tua muda. Partai dengan nomor urut 29 ini malah ingin menggabungkan kedua hal tersebut.
"Kita masih memperbaiki infrastruktur, kita akan menyatukan golongan tua dan muda. Presiden lebih senior, wakil lebih muda. Kita tidak dikotomikan," ujar Ketua Umum PBR Bursah Zarnubi kepada wartawan usai menghadiri acara peluncuran No 29 PBR di Kantor DPP PBR, Jakarta, Sabtu (2/8).
PBR pun menyatakan siap berkoalisi dengan partai apa pun, termasuk partai nasionalis-Islam. Syaratnya, calon pemimpin tersebut siap mempertanggungjawabkan komitmennya memimpin bangsa ini.
"Bagi saya tidak relevan mendiskusikan soal-soal seperti itu. Siapa yang punya komitmen memperbaiki nasib bangsa ini, siap memimpin kita," tuturnya.
Hal senada dikemukakan Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Taufiq Amrullah. Menurut dia, pemuda memiliki prasyarat awal untuk memimpin perubahan.
"Mereka tentu telah memahami Indonesia dari berbagai sudut pandang. Bersatunya pemuda dalam kepentingan yang sama (common interest) untuk memajukan Indonesia akan menjadi kekuatan yang besar. Tidak ada yang bisa menghalangi perubahan yang diusung kekuatan pemuda, sepanjang moral dan semangat juang tidak luntur dengan tekanan dan godaan sesaat," ucapnya.
Namun, tutur dia, bersatunya pemuda dalam satu perjuangan bukanlah persoalan mudah. "Karena, dibutuhkan syarat minimal agar pemuda dapat berkumpul dalam satu kepentingan," kata Taufiq.
Pertama, syarat dasar moral perjuangan harus terpenuhi, yakni terbebas dari kepentingan pribadi dan perilaku moral hazard suatu kelompok. Kedua, kesamaan agenda perjuangan secara umum dan derivasi agenda, misalnya, kemandirian bangsa dan menolak dominasi asing.
"Semuanya dapat menjadi agenda bersama (common agenda) yang mudah disepakati. Ketiga, terlepasnya unsur-unsur primordialisme dalam perjuangan bersama, sesuatu yang sensitif dalam kebersamaan," kata Taufiq.
Menurut dia, energi pemuda yang bersatu cukup untuk mendorong terwujudnya reformasi sejati di negeri ini. Sesuai karakter pemuda yang memiliki kekuatan (fisik), kecerdasan (fikir), dan ketinggian moral, serta kecepatan belajar atas berbagai peristiwa yang dapat mendukung akselerasi perubahan.
Meski demikian, tutur dia, kepemimpian yang properubahan menjadi faktor utama yang menentukan bagi upaya mewujudkan demokrasi politik dan ekonomi.
"Tidak dapat dihindari bahwa politik dan ekonomi masih menjadi bidang eksklusif bagi sebagian orang, yang kemudian menjadi tragedi bersama bagi seluruh rakyat. Permasalahan kunci politik ekonomi kita dapat dilihat pada perangkap utang luar negeri yang mengarah pada kebangkrutan nasional, nilai tukar rupiah yang hampir selalu lemah, rendahnya nilai tambah (value added) primer, korupsi yang merajalela terutama oknum penguasa, serta tingkat kemiskinan dan pengangguran yang terus meningkat," kata Taufiq.
Dia menyebutkan, aroma neoliberalisme dan neokolonialisme di bangsa ini masih sangat terasa, terutama dalam privatisasi (penjualan) aset pada asing dan undang-undang penanaman modal asing. (Kartoyo DS/Rully)

2 komentar:

andreas iswinarto mengatakan...

Pemimpin seperti apa?

Sebuah Metafora : Kepemimpinan Yang Jazzy

Kepemimpinan yang bertumpu pada daya kreasi rakyat atau Kepemimpinan yang tidak melekat pada person tetapi sebuah kolektif kesadaran rakyat untuk menggerakan perubahan

Berbeda dengan musik klasik, ada dirigen, partitur, pemain musik yang tertib di tempatnya masing, segudang pakem-pakem musik klasik, maka didalam musik jazz kebebasan, kreatifitas, keliaran, kejutan merupakan nafas dan jiwa musiknya. Ada saxophone, flute, drum, perkusi, bass gitar, piano yang masing-masing berdaulat penuh.

Disatu sisi ada keliaran, tapi segala keliaran tetapmenghasilkan harmoni yang asyik. Kebebasan dan keliaran tiap musisi, patuh pada satu kesepakatan, saling menghargai kebebasan dan keliaran masing-masingmusisi sekaligus menemukan harmoni dan mencapai tujuannya, yakni kepuasan diri musisinya dan kepuasan pendengarnya.

Jadi selain kebebasan juga ada semangat saling memberi ruang dan kebebasan, saling memberi kesempatan tiap musisi mengembangkan keliarannya (improvisasi) meraih performance terbaik. Keinginan saling mendukung, berdialog, bercumbu bukan saling mendominasi, memarginalisasikan dan mengabaikan.

Seringkali saat bermusik ada momen-momen ketika seorang musisi diberikan kesempatan untuk tampilkedepan untuk menampilkan performance sehebat-hebatnya, sedangkan musisi lain agakmenurunkan tensi permainannya.

Tapi anda tentunya tau gitar tetap gitar, tambur tetap tambur, piano tetap piano. Namun demikian dialog antar musisi dilakukan juga dengan cara musisi piano memainkan cengkok saxophone, musisi perkusi memainkan cengkok bass betot. OHOOOOOOOOO guyub dan elok nian.

Lepas dari jiwa musik jazz yang saya sampaikansebelumnya tetap saja ada juga yang ‘memimpin’, pusatgagasan dan inspirasi tentunya dengan kerelaan memberi tempat kepemimpinan dari semua musisi. Bisa dalam bentuk beberapa person/lembaga maupun kolektifitas.

Misalnya dalam grup Chakakan bahwa vocalisnya Chahakan adalah inspirator utama grup ini. Apa yang menarikdari vokalis Chahakan ini adalah dia yang menjadi inspirator, penulis lagu dan partitur dasar musiknya,selain itu improvisasi, keliaran dan kekuatan vokalnya menebarkan energi , menyetrum dan meledakkan potensi musisi pendukungnya.

Model kepemimpinannya bukan seperti dirigen dalam musik klasik yang menjaga kepatuhan dan disiplin tanpa reserve, tetapi lebih menjadi penjaga semangat (nilai-nilai, atau bahkan cita-cita kolektif), memberiruang bagi setiap musisi untuk pengayaan gagasan danproses yang dinamis. Baik ketika mematerialkan gagasan maupun ketika berproses di panggung atau di studio rekaman. Tidak memaksakan pola yang baku dan beku, tetapi sangat dinamis dan fleksibel.

Setiap penampilan mereka di panggung adalah penemuan cengkok-cengkok baru, nyaris sebenarnya setiap performance selalu baru. Tidak ada penampilan yang persis sama. Tetapi tetap mereka dipandu tujuan yang sama memuaskan kebutuhan masing-masing musisi dan pendengarnya,menggerakan dan merubah.

Yang menarik juga dari jazz ini adalah sifatnya yangterbuka, open mind, open heart. Waljinah, master penyanyi keroncong dengan lagu walang kekeknya, ataulagu bengawan solonya gesang, atau darah juang lagu perlawanan itu, ravi shankar dengan sitar, rebab dan spirit indianya, atau bahkan internasionale dan maju tak gentar, atau imaginenya john lennon, atau reportoar klasik bach, bahkan dangdut pun, bahkan lagu-lagu spiritual bisa diakomodir oleh musisi jazz dan jadi jazzy.

Itulah karakter kepemimpinan yang asyik, kepemimpinan yang berkarakter kepemimpinan spiritual, menjaga dan menyalakan spirit/semangat/ nilai-nilai/ garis perjuangan, menyeimbangkan dan mencapai harmoni musik.

Selain itu kepemimpinan ini harus bisa fleksibel dalam pengayaan pilihan-pilihan pendekatan, bisa menawarkannuansa keroncong, dangdut, gending, samba, regge,rock, gambus, pop, klasik dalam bermusik jazz. Ataumemberi peluang atau kesempatan satu musisi atau alat musik leading, maju kedepan dan yang lainnyamemperkaya di latar belakang. Lepas dari itu bukan berarti saya lebih mencintai jazz, dibanding klasik, new age atau dangdut, tetapiini lebih kepada menemukan analogi dan metafora.

salam hangat

alensurya mengatakan...

photo ente di amrik tolong dimuat ya biar bisa liat gitcu lho....